Ngeri! Bakteri ‘Pemakan Daging’ Merebak di Jepang, Sudah Sampai Indonesia

Bakteri “pemakan daging” atau yang dikenal secara medis sebagai Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS) tengah menjadi perhatian serius di Jepang dan telah mulai mengkhawatirkan di Indonesia. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes kelompok A, yang mampu menghancurkan kulit, lemak, dan jaringan di sekitar otot dalam waktu singkat, sehingga mendapat julukan “pemakan daging”.
Penyebaran dan Situasi di Jepang
Pada tahun 2024, Jepang mengalami lonjakan kasus STSS yang signifikan. Data dari Kementerian Kesehatan Jepang mencatat 977 kasus hingga awal Juni 2024, melampaui rekor tahun sebelumnya yang sebanyak 941 kasus. Dari jumlah tersebut, sekitar 30 persen pasien meninggal dunia, dengan kematian yang bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah gejala awal muncul. Kasus ini terutama menyerang kelompok usia di atas 50 tahun yang lebih rentan terhadap infeksi ini.
Bakteri ini menyebar terutama melalui droplet, yaitu percikan air liur saat batuk atau bersin, serta kontak langsung dengan cairan dari luka terbuka atau sekret hidung. Penularan melalui makanan juga mungkin terjadi, meskipun sangat jarang.
Gejala awal infeksi meliputi nyeri hebat di area yang terinfeksi, pembengkakan, kemerahan, dan perubahan warna kulit menjadi keunguan.
Potensi Penyebaran di Indonesia
Namun, pihak berwenang terus melakukan pemantauan ketat melalui sistem surveilans sentinel Influenza Like Illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI), serta pemeriksaan genomik untuk mendeteksi kemungkinan penyebaran bakteri ini1.
Meski belum ada laporan kasus, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat jalur penularan yang mudah melalui droplet dan kontak langsung. Kementerian Kesehatan juga mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan tangan dan segera mengobati luka terbuka guna mencegah infeksi.
Faktor Risiko dan Pencegahan
Beberapa kelompok orang memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi bakteri pemakan daging ini, antara lain:
-
Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah
-
Penderita diabetes
-
Pasien dengan penyakit ginjal atau hati
-
Pengguna obat steroid atau imunosupresif
-
Pecandu alkohol
Pencegahan utama adalah menjaga kebersihan, terutama mencuci tangan secara rutin, menghindari kontak dengan penderita yang menunjukkan gejala infeksi, dan merawat luka terbuka dengan baik. Hingga kini, belum ada vaksin khusus untuk mencegah infeksi STSS, sehingga deteksi dini dan pengobatan cepat dengan antibiotik menjadi kunci utama penanganan.
Kesimpulan
Wabah bakteri pemakan daging yang tengah merebak di Jepang merupakan ancaman serius dengan tingkat kematian tinggi dan penyebaran yang cepat. Penanganan cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi fatal akibat infeksi ini1.