Tatanan Dunia Baru Tidak Berjalan Sesuai Harapan Geert Wilders

Tatanan Dunia Baru Tidak Berjalan Sesuai Harapan Geert Wilders

Tatanan Dunia Baru Tidak Berjalan – Geert Wilders, seorang politisi Belanda yang dikenal karena pandangan kontroversialnya, sering berbicara tentang konsep “Tatanan Dunia Baru” (New World Order). Ia meyakini ide ini dapat mengubah lanskap politik global dengan cara yang merugikan kebebasan dan identitas negara bangsa. Wilders berpandangan bahwa integrasi internasional yang semakin erat dapat merusak nilai-nilai tradisional dan menciptakan ketidakstabilan politik.

Meskipun Wilders memiliki visi yang jelas mengenai tatanan dunia, kenyataan tidak selalu berjalan sesuai harapannya. Dunia kini, meskipun semakin terhubung, menghadapi banyak tantangan yang menghalangi tatanan dunia baru seperti yang diinginkan oleh para pendukung globalisme, termasuk Wilders.

1. Kekacauan Politik dan Keberagaman Kepentingan Nasional – Tatanan Dunia Baru Tidak Berjalan

Wilders mendukung nasionalisme dan sering menentang kebijakan multilateral yang menurutnya mengancam kedaulatan negara. Ia berpendapat bahwa tatanan dunia yang lebih terbuka dan terintegrasi hanya akan menguntungkan elit global dan merugikan negara bangsa serta identitas budaya.

Namun, kenyataannya banyak negara mulai mengutamakan kepentingan nasional. Brexit adalah contoh nyata ketika Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa karena ketidakpuasan terhadap kebijakan integrasi Eropa. Fenomena serupa juga terjadi di negara-negara lain, di mana sentimen anti-globalisasi semakin meningkat. Gerakan populis yang menentang kekuatan supranasional, seperti yang dipimpin oleh Wilders di Belanda, mendapat dukungan luas dari kelompok-kelompok yang merasa tertinggal dalam tatanan dunia baru.

2. Resistansi Terhadap Globalisasi dan Keterbatasan Tatanan Dunia Baru

Globalisasi yang didambakan banyak orang, termasuk pendukung tatanan dunia baru, menghadapi banyak hambatan. Wilders sering memperingatkan bahwa globalisasi tidak memberikan manfaat bagi banyak orang. Meskipun perdagangan internasional meningkat, kesenjangan ekonomi antara negara kaya dan berkembang justru semakin lebar. Di Belanda dan banyak negara lainnya, gelombang migrasi yang didorong oleh globalisasi malah menambah ketegangan sosial dan politik.

Keberagaman budaya dan tantangan integrasi semakin memperburuk situasi. Banyak negara mulai menanggapi globalisasi dengan kebijakan proteksionis dan anti-imigrasi. Dalam hal ini, Wilders melihat tatanan dunia baru yang semakin terintegrasi justru menimbulkan lebih banyak masalah daripada solusi. Negara-negara yang dulunya mendukung kebijakan perdagangan bebas kini lebih memilih melindungi industri domestik, menciptakan ketegangan dalam hubungan internasional.

3. Tantangan dari Kekuatan Non-Negara dan Teknologi

Salah satu ciri tatanan dunia baru adalah dominasi negara besar dalam mengendalikan sistem internasional melalui diplomasi, ekonomi, dan kekuatan militer. Namun, perkembangan teknologi dan kekuatan non-negara—seperti perusahaan teknologi besar dan organisasi internasional—mengubah dinamika geopolitik. Perusahaan-perusahaan seperti Google, Facebook, dan Amazon kini memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan global, mengalihkan kontrol dari negara-negara kepada korporasi multinasional.

Kemunculan aktor non-negara ini mempersulit terciptanya tatanan dunia baru yang seragam. Wilders, yang menginginkan negara mempertahankan kedaulatan mereka, mungkin melihat kekuatan perusahaan teknologi sebagai ancaman terhadap kemampuan negara mengontrol kebijakan domestik.

4. Perang dan Ketidakstabilan Global

Tatanan dunia baru diharapkan membawa perdamaian dan stabilitas global. Namun, kenyataannya dunia semakin rentan terhadap konflik. Perang di Ukraina, ketegangan di Timur Tengah, dan persaingan antara Amerika Serikat, Tiongkok, dan Rusia menunjukkan bahwa tatanan dunia yang lebih terintegrasi tidak dapat mengatasi konflik-konflik ini.

Bagi Wilders, ketegangan internasional ini membuktikan bahwa tatanan dunia yang didorong oleh kekuatan besar, baik di bidang politik maupun ekonomi, gagal menciptakan kedamaian yang langgeng. Negara-negara yang terlibat dalam konflik semakin sulit bekerja sama dalam berbagai isu global.

5. Kesimpulan

Tatanan dunia baru yang diharapkan Wilders dan banyak pemikir lainnya menghadapi banyak tantangan. Dari meningkatnya populisme yang mendukung nasionalisme hingga ketegangan global yang tak kunjung mereda, dunia tampaknya bergerak ke arah yang berbeda dari harapan para pendukung integrasi internasional. Ketidakpastian ini memunculkan pertanyaan besar mengenai masa depan tatanan dunia dan apakah tatanan yang lebih terintegrasi akan berhasil atau justru semakin memperburuk ketidakstabilan.

Dengan perkembangan ini, Wilders mungkin melihat kenyataan yang lebih kompleks dari yang ia bayangkan. Dunia yang semakin terhubung ternyata juga semakin terpecah, dan peran negara dalam menjaga identitas serta kedaulatan mereka mungkin menjadi faktor penentu dalam perjalanan tatanan dunia yang baru.

AdminASKES